Dalam rangka cita-cita asimilasi melalui islamisasi saya bersama
teman-teman ketika itu mendirikan Kelompok Tujuh. Dari Kelompok Tujuh inilah
diawali gerakan asimilasi dan islamisasi. Ketika itu enam puluhan lebih
keturunan cina masuk islam dari Yayasan Kelompok Tujuh inilah berkembang
menjadi Yayasan Muslim Baru, kemudian berkembang lagi menjadi Yayasan Ukhuwah
Islamiah. Disini bola dakwah mulai berkembang pesat berdampingan dengan
cita-cita badan komunikasi penghayatan kesatuan bangsa dimana saya sebagai
aktifis Yayasan Ukhuwah Islamiah sekaligus menjadi kepala kantor Bakom PKB
pusat dan Bakom PKB DKI yang berkedudukan di Jl. Srikaya No.7 Pasar Boplo
Jakarta Pusat.
Dari Yayasan inilah kemudian menciptakan Yayasan Haji Abdul Karim Oei
karena Pak Karim Ceng Tyenghien telah wafat. Pak Karim inilah tokoh sesepuh
PITI (Persatuan Islam Tiong Hua Indonesia) dan sesepuh Muhammadiyah dari
Bengkulu, dikarenakan wafat nama beliau diabadikan menjadi Yayasan Haji Karim
Oei.
Sebagai kepala yayasan dipegang oleh putra Bapak Karim Oei bernama Haji
Muhammad Ali Karim. Yayasan inilah berkembang yang sekarang ini memiliki masjid
Lautze Pasar Baru. Selamat jalan dan selamat beristirahat kepada bapak-bapak
dan para sahabat yang telah mendahului kami.
Dibidang pegajian, Yayasan Ukhuwah Islamiah yang diwakili oleh Hambas
Wartawan, Sudrajat Brotokuncoro dari Bakom PKB, Drs.Kozin Arif dari IAIN
bersama-sama dengan PTDI (Pendidikan Tinggi Dahwah Islamiah) yang diwakili oleh
Jenderal Sudirman (ayah dari Basofi Sudirman), Laksamana Angkatan Laut Adang
Safaat, Laksamana H.M. Sujono dari Auri dan Mayor Jenderal Suhadi dari
Kepolisian bersama-sama dengan Ukhuwah Islamiah mendirikan Badan Pengajian
Tafsir Quran (BPTQ) dikediaman Almarhum Jenderal Sarbini di Jl.Imam Bonjol
No.48.
Saya diminta oleh sesepuh PTDI, untuk menghadap Menteri Agama Jenderal
Alam Syah Ratu Perwira Negara untuk permohonan bantuan dana agar terlaksananya
pengajian BPTQ di Imam Bonjol. BPTQ menghadirkan sesepuh Kiyai dari Pekalongan
yaitu Kiyai Haji Gofar Ismail, yaitu ayah dari budayawan Taufik Ismail. Dari
BPTQ Imam Bonjol inilah berkembang menjadi BPTQ di Lemhamnas yang dikoordinir
oleh Laksamana H.M. Sujono.
Dibidang Gerakan Siluman dan Gerakan Sunyi Senyap saya berangkat dari
pengalaman KOTI (Komando Tertinggi) dipimpin oleh Brigjen Sucipto,SH kemudian
berlanjut ke BPI (Badan Pusat Inteligen) yang dipimpin oleh Brigjen Sutarto.
Disinilah operasi Sunyi Senyap berkembang meluas, kemudian membantu Letnan
Kolonel Priyo Pranoto, mantan Wadan (Wakil Komandan) RPKAD (Reder Pasukan
Angkatan Darat) yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edi Wibowo.
Pak Priyo pada waktu itu aktif di Bakin (Badan Intelijen Negara) yang
kemudian Pak Priyo ini sebagai Paman saya dari istri saya. Dari Bakin inilah
saya bisa berhubungan dengan Mayor Jenderal Rujito Waka Bakin, berhubungan
dengan Letnan Jenderal Ali Murtopo sampai kepada ikut Opsis (Operasi Khusus)
yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Ali Murtopo. Kemudian saya sering diminta
bantuan oleh Mayor Jenderal Sunarso ketua BKMC Bakin (Badan Koordinasi Masalah
Cina di Bakin) yang berhubungan erat dengan tugas saya dimasa pembauran di
Bakom PKB Pusat. Selamat jalan dan selamat istirahat kepada sahabat-sahabat
yang telah mendahului kami.
Dibidang pekerjaan, saya bekerja di PT. Mas Ayu Trading Industrial
kemudian saya bekerja bergabung dengan Konsultan PT. Indulexco. Dikonsultan
inilah saya menemukan tokoh-tokoh hukum yang bisa membina saya, yaitu
Prof.DR.Charles Himawan,SH,LLM, yaitu tokoh dari Dekan Fakultas Hukum UI dan
Wirawan Wisaksana,SH.
Dengan dua tokoh hukum inilah saya mampu membuat kantor perwakilah asing
di Jakarta diantaranya adalah Perwakilan Asing The Daie Inc perwakilan dari
Tokyo, MURIRIN ASIA, MURIRIN SINGAPORE, AIC TOKYO, perpanjangan izin dari PT.
Takasago Indonesia. Oleh Prof.DR.Charles Himawan bersama dengan owner PT.Quis
Indonesia saya diminta untuk meliquidasi PT.Narumatic Indonesia PMA. Pekerjaan
liquidasi ini berjalan mulus selama enam bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar